Berita (7) Buku Saya (3) Cerpen (31) Download Novel (2) lain-lain (1) Musik (7) Puisi (39)

Translate

Selasa, 11 September 2012

Berak Sepuas-puasnya sampai Usus Keluar


Mengambil keputusan ini tidak mudah. Keputusan yang akan aku ambil adalah keputusan untuk mengis-timewakan sesuatu. Sesuatu itu…
Baiklah, aku sedang menimbang-nimbang apakah akan merubah nada deringnya dengan nada dering spesial, mi-salnya sebuah lagu yang kesukaanku. Sumpah! Aku sudah pernah melakukan ini sebelumnya, tapi justru salah besar. Aku salah memilih yang spesial. Alhasil aku membenci lagu itu!
Bagiku, jika sudah kuputuskan merubah nada dering seseorang menjadi nada dering spesial maka dia memang benar-benar spesial. Agar kebencianku nanti tak merem-bet ke hal yang lainnya. Dalam hidupku hanya ayah, ibu dan adik-adikku saja yang layak mendapatkan predikat spesial itu, karena mereka tak pantas kubenci. Nah, di luar mereka aku akan berhati-hati.
Kenapa ini penting?
Ini menyangkut hati. Menspesialkan sesuatu diperbo-lehkan jika suatu hal tersebut memang pantas dispesial-kan. Jika tidak, maka sakitlah hatimu nanti.
Kenapa begitu?
Jika yang kau nobatkan nada dering spesial itu melaku-kan hal yang tidak seperti yang kau harapkan, maka kau akan menderita sepanjang waktu. Terutama jika nada de-ring tersebut tak henti-hentinya berdering. Bahkan jika kau memasang lagu kesukaanmu dan lagu kesukaanmu itu selalu diputar di televisi dan radio. Bahkan jika lagu terse-but sedang hits! Bayangkan jika tadinya kau ingin melupa-kannya setelah dia menyakitimu, kau tak akan bisa. Ya, karena lagu itu selalu mengingatkanmu padanya. Kau akan stress berat atas perubahan yang tiba-tiba. Biasanya lagu tersebut kau tunggu-tunggu, maka setelah kejadian tak mengenakkan itu kau dipaksa hatimu untuk melupa-kannya, sedangkan lagu tersebbut mengalun di mana-ma-na sepanjang waktu. Kau akan teringat terus! Alhasil kau membenci lagu tersebut demi melupakannya. Sekuat tena-ga kau membenci lagu tersebut agar kenangan indah ten-tang pemilik nada spesial lenyap di telan bumi.
Dan yang paling kasihan adalah orang yang mencipta-kan lagu tersebut. Sesungguhnya dia sudah bersusah pa-yah membuat nada-nada yang indah, malah akhirnya kau benci. Akhirnya, untuk mengurangi kemungkinan lagu itu kau dengar, kau hapus dari handphone-mu. Bayangkan jika semua orang berpikiran seperti itu—tak menutup kemung-kinan sindrom seperti itu dimiliki semua orang—maka setiap orang ada kemungkinan untuk menghapusnya kare-na benci. Yang terjadi selanjutnya akan lebih parah: pen-cipta lagu tersebut akan kehilangan pendapatannya  yang berupa royalti itu. Ada kemungkinan juga malah bukan karyanya yang dibenci, melainkan penciptanya.
“Tidak. Aku tidak suka lagunya si A karena meng-ingatkanku pada lagu yang berjudul A. Lagu yang berjudul A itu mengingatkanku padanya. Aku benci padanya!”
Begitulah kira-kira. Sama halnya dengan kebencianku pada lagu Mbah Surip yang berjudul ‘Bangun Tidur’. Lagu itu bertahun-tahun menjadi alarm pagiku. Tapi khusus lagu itu, bukan penciptanya yang kasihan, melainkan blackberry-ku. Terkilir setiap pagi kena pukulanku.

Keluar dari Kotak


“Salah! Jika kau berpikir membunuh wanita itu!”
“Apa yang salah?”
“Sasaran.”
“Memangnya kenapa?”
“Seharusnya yang kau bunuh itu dia!”
“Dia siapa?”
“Bego! Lelaki itu! Pacarnya!”
“Aku tak ingin berpikir seperti kebanyakan orang. Pikiranmu itu terlalu terkotak-kotak tahu tidak? Hah!”
“Maksudmu?”
“Begini…”

Abang Pinjam mawarmu, Dik



Aku habis bertemu dengan dia. Aku menyebutnya si Cantik.  Tapi aku tak tahu apakah dia pernah memanggilku si Ganteng. Meskipun dalam hati.
Dia cantik. Aku makan siang bersamanya di kantornya yang berada tak jauh dari pantai. Masih berada di lingkungan Desa Tanjung Binga. Aku sengaja ke sana jauh-jauh dari rumahku yang jaraknya dua puluh kilometer dari kantornya.
Hanya untuk mengatakan: Aku cinta padamu.
Kata yang sangat sederhana tapi sulit untuk diucapkan. Apalagi di hadapannya.
Sudah lama aku mencintainya. Tapi selalu kukulum seperti permen sepanjang waktu.
Aku.
Sengaja pulang ke kampung halamanku dengan alasan ada tugas yang sangat penting dari kantor. Jika ibu adalah seorang detektif, dia pasti bisa mencium kemustahilan ini. MUSTAHIL! Pekerjaanku tak pernah ada yang namanya tugas ke luar kota. Tapi ibu selalu percaya. Karena dia ibuku.
Lalu, sebetulnya tak ada masalah jika kubilang pada ibu bahwa kepulanganku yang sangat mendadak ini adalah mengemban misi yang penting. Lebih penting dari sekedar pesta pernikahan artis papan atas yang menghabiskan milyaran rupiah. Ini menyangkut keberlanjutan hidup generasi muda yang ingin menghasilkan keturunan yang hebat untuk membangun bangsanya.
Hanya saja sebagai lelaki, aku malu mengakuinya.
Sebab, tadi saja aku tetap saja masih mengulum cinta itu. Seharusnya cinta itu sudah basi sejak dari dulu. Entah kenapa, rasanya tetap saja enak. Makanya aku kulum meskipun ada sedikit pahit. Cinta itu telah bercampur dengan air liurku.
“Nadira.”
Dia menghirup es kelapa dengan sedotan.
Glek. Glek. Glek.
Aku diam.
Dia hanya sedikit membesarkan bola matanya pertanda dia mendengarkan aku tadi memanggilnya dan menunggu kata-kataku selanjutnya.
Pertemuan itu menghabiskan satu mangkok mie belitong dan pempek lenggang serta dua gelas es kelapa. Mie belitong aku yang makan karena aku sudah kangen berat dengan jenis mie yang fenomenal ini dan dia makan pempek lenggang.
Pertemuan siang itu diakhiri dengan kata: ENAK.
Sudah.
Tak berakhir bahagia.

Ternyata Baju Olahraga Tak Lantas Membuatku Tampan


Pagi itu jam setengah enam. Aku berteriak.
“Pokoknya tidak mau pakai!”
Aku membanting pintu. Padahal aku sudah memakainya: baju kaos olahragaku. Hari ini aku ada pelajaran olahraga.
Saat itu aku SMP, entah kelas berapa.
“Pakai saja dulu untuk hari ini.”
“Tidak mau!”
Aku malah melepaskan baju kaos olahragaku. Melemparkannya ke luar rumah.
Aku tahu, ayah ingin marah. Tapi sekuat tenaganya dia tahan.
“Nanti pesan yang baru,” kata ibu lagi. Dia di dapur, masih sambil memanaskan lauk pauk untuk sarapan kami. Ayah, memanaskan mesin sepeda motor.
“Kapan? Menunggu kelas tiga? Masih lama, Bu!” Seenaknya aku berteriak.
Satu menit ibu diam.
Kemudian, “mau bagaimana lagi.”
“Argh! Kenapa aku mendapat baju kaos jelek begini?”
Ibu tak berkomentar sama sekali. Aku mengusal di depan pintu. Duduk seperti anak kecil. Aku memang masih kecil.
“Nanti ibu bawa ke Bi Surti.”
“Kapan, Bu? Pagi ini juga! Hari ini Ardi ada pelajaran olahraga.”
Hening…
Pagi itu juga ibu membawa baju kaos olahragaku dibawa ke rumah Bi Surti untuk dijahit bagian kerah yang melar. Sedemikian rupa dijahit agar tak terlalu kelihatan melar.
“Ini, Nak. Sudah dijahit. Kerahnya sudah tidak terlalu lebar lagi.”
Aku tersenyum.
“Ayo sarapan,” ajaknya.
Aku menurut sambil melihat-lihat baju kaos olahragaku yang sepertinya sudah normal.
“Astagfirullah. Ibu lupa mengangkat nasi.”
Nasi kami hangus pagi itu. Kami sarapan tanpa nasi. Tidak. Bukan kami. Tapi aku. Aku tak ingin makan kerak nasi. Keras. Ayah dan ibu sarapan seperti biasa.
Pulang sekolah, aku kembali melempar baju kaos olahragaku ke luar rumah. Teriak, “Aku tidak ingin memakainya lagi!”

*

Aku Kembali dari Tidur Panjang




Hai Sobat Blogger, maaf saya lama nggak update soalnya lagi menikmati masa libur panjang puasa dan lebaran. udah keenakan di kampung. Lagian di sana internetnya jauh dari rumah. Kondisi cuaca yang panas menyengat membuat saya malas keluar. Tapi tenang aja, banyak ide yang bermunculan dan banyak lagi cerpen-cerpen yang saya bikin di sana (Belitong).

Banyak pengalaman berharga yang saya dapat di sana, mulai dari putus cinta sampai renungan mendalam soal hidup. Sedikit lebai sih kedengerannya, tapi kalo nggak lebai ya nggak hidup. Dan sepertinya orang lebai lah yang membuat hidup ini menjadi berwarna. Kok bisa? Ya nggak tahu juga sih. Yang jelas orang lebai biasanya punya ide yang luar biasa. Contoh: yang mimpi bisa terbang itu lebai (jaman dulu) dan sekarang jadi nggak lebai lagi karna pada kenyataannya akhirnya kita memang bisa terbang. Terus...cari aja contoh yang lainnya. bagi orang lebai yang bisa nulis meskipun dikit ya paling nggak bisa menghasilkan karya berupa tulisan-tulisan lebainya.

Okeh selanjutnya simak aja ya tulisan-tulisan sederhana yang saya post setelah ini. Satu lagi, doain skripsi saya selesai bulan ini, SEPTEMBER.

Senin, 09 Juli 2012

Donal Bebek Bertemu Cinderella


Malam itu aku berdansa dengan seorang gadis yang sangat cantik. Sialnya aku lupa berkenalan dengannya. Dia berpamitan pulang padaku dan berlari dengan terburu-buru. Kulihat jam. Hamper jam 12 malam.

Oh My God!

Di jaman modern ini masih ada saja cerita jadul ini? Woy! Sebentar lagi tanggal 20 bulan 12 tahun 2012!

Di teras istanaku tergeletak seonggok sepatu kaca.

Sabtu, 07 Juli 2012

PLAK!



“Ibu.”
“Iya, Nak.”
Ibu tersenyum.
“Aku ingin nenen.”
PLAK!
“Ibu!”
“Apa?!”
“Aku ingin nenen.”
PLAK!

Jumat, 06 Juli 2012

Jika Membunuh Itu Dibenarkan, Aku Ingin Membunuh!



JIKA membunuh itu dibenarkan, aku ingin membunuh.
Aku ingin membunuh sebanyak-banyaknya. Sepuas-puasnya sambil menjilat-jilat pisau yang berlumuran darah.
Kalau saja membunuh itu dibenarkan, tak segan-segan aku akan membunuh semua lelaki. Aku tak ingin ada lelaki di dunia ini selain aku.

*

Kamis, 05 Juli 2012

Hujan Kesembilan


Ini sudah yang kesembilan. Semoga aku kembali menyukai hujan.
Hujan. Aku tak tahu apa yang ada dipikiran orang-orang yang menyukai hujan. Seperti dulunya aku—pikiranku yang selalu menjunjung hujan.
Aku tak lagi menyukai dan menyayangi hujan. Namun, aku tak selalu mengungkapkannya dengan ucapan sadis atau tingkahku yang menunjukkan aku tak menyukai hujan.  Yang jelas, hujan itu dingin dan selalu membawa suasana tak nyaman. Kala hujan, aku tak bisa nyaman mengungkapkan kerinduan pada kaca-kaca jendela yang berembun. Yang hanya bisa aku lakukan untuk nyaman hanya  memejamkan mata agar sepi terbunuh dengan keramaian yang aku ciptakan dalam pikiran. Agar nyaman pula aku menghirup teh hangat yang selalu menyerang ubun-ubunku menjadi himpunan tenang. Duduk tenang di situ, di sebuah sudut favorit mendamba keberduaan. Senang yang semu, dan tak lebih menang.

Kamis, 28 Juni 2012

Tweet Menunggu

Setting Tempat #stasiunbogor #kadangramaikadangtidakterlaluramai
Setting Waktu #menjelangsiang
Setting Adegan #duduksepertiorangautis
Kondisi Tokoh #sehatwalafiattapiradakurangwaras

Rino Aribowo ‏@RinoAribowo
Kalo gw bikin cerpen di sini pd setuju ga?#stasiunbogor

Rino Aribowo ‏@RinoAribowo
1.Di sebelah gue duduk bpk2 gendut (bule) lg baca koran,asik bgt kyknya..gw jd penasaran lg bc brita ap sih..#stasiunbogor

Rabu, 27 Juni 2012

Upload Naskah

Upload Naskah Kamu

Judul Naskah
(Tulis salah satu judul jika lebih dari satu naskah)
Penulis
Kategori Naskah
Email
Nomor HP
Web Site
Upload Naskah
Powered byEMF HTML Form
Report Abuse

Pesan Buku


Contact form - Powered by Mail-Maniac
Nama Pemesan
Judul Buku
Jumlah Pembelian
Nomor HP
Alamat Email
Alamat Rumah/Kantor
Kota
Kode Pos

Powered by Mail-Maniac, email form mailer

Minggu, 24 Juni 2012

Tips Cinta dari hans




BAYU MENGALAMI PENYAKIT YANG PALING CEPAT menular di dunia ini dan sangat berbahaya bagi kesehatan karena bisa menyebabkan kelaparan, insomnia dan lesu. Penyakit itu dinamakan jatuh cinta. Parahnya dia termasuk spesies Nycticebus coucang atau disebut kukang atau malu-malu. Tapi kali ini dia bertekad berganti spesies menjadi tikus kantoran (benar tak tahu malu kan?). Sudahlah jangan membicarakan mereka, space mereka cukup di surat kabar saja.

Cinta dan Perempuan (Antologi Cerpen dan Puisi)




Judul Buku: Cinta dan Perempuan (Antologi Cerpen dan Puisi)
Pengarang: Rino Rain dkk
Tebal : vi + 212 hlm
Harga : Rp. 45.200,00.
ISBN : 978-602-225-412-6

Beli di leutikaprio

Memecahkan kaca seperti dia memecahkan hatinya yang terluka. Melihat laut ternganga seperti dia melihat sebuah kapal meninggalkannya. Mengunci diri seperti dia mengunci hati pada semua lelaki yang dia benci.-Arif Wardani

Penyimpan rahasia, sakit perih disimpannya dalam diam, itu yang membuatnya kuat dan lemah sekaligus. Seorang yang beranjak dewasa bisa merayakan 6 tahun terindah dalam hidupnya seorang diri. Sosok yang kuat dan lemah sekaligus. Rela menempuh dan Siap menghadapi apa saja. Jatuh namun selalu bisa menemukan caranya untuk bangkit kembali. Semua demi impian, hidup bahagia untuk selamanya.

Jumat, 08 Juni 2012

Misteri Benang Layang-layang


Seri mengenang masa kecil

Siang itu angin bertiup kencang. Di luar sana, seperti biasa Agung mengejar layangan yang putus. Bila anak yang lain mendapatkannya, ia pasti merampasnya. Selalu. Aku saja geram mendengar ceritanya. Dan aku pernah mengalaminya sekali. Baru saja. Ingin rasanya kupukul dia. Tapi apa daya badanku tak sebongsor dia. Kurus, kecil dan pendek. Aku takkan menang bila melawannya dengan jurus silat manapun.

Aku tak bisa ikut bermain layang-layang bersama teman-temanku lagi karena layang-layangku sudah tidak ada. Aku hanya bisa memandangi mereka yang bersuka cita bermain layang-layang. Kadang-kadang bingung juga, Agung merampas layang-layangku tapi aku tak pernah melihatnya memainkan layang-layangku. Entah ia kemanakan..

Kamis, 07 Juni 2012

Nek Long


Nek Long. Sampai saat ini pun aku tak tahu nama sebenarnya. Hanya itu saja yang aku tahu dan aku selalu memanggilnya dengan panggilan seperti itu. Nek Long artinya nenek tertua dalam bahasa Melayu Belitong. Ia adalah anak yang paling tua dalam keluarganya. Dialah yang sejak aku dilahirkan ke bumi mengasuhku seperti anaknya sendiri. Aku telah menganggapnya sebagai nenek kandungku meski kami sebetulnya jauh dari saudara. Ia hanya tetangga seberang rumah. Tinggal dengan seorang anak perempuannya yang telah bersuami dan memiliki dua orang anak. 

Anak perempuan Nek Long yang tinggal bersamanya bernama Mak Cik Leha. Anaknya yang pertama namanya Alen. Aku memanggilnya bang Alen. Umurnya kira-kira berjarak dua tahun denganku. Adik Bang Alen namanya Dedek, berjarak dua tahun setelahku. Bang Alen inilah teman sepermainanku waktu kecil. Bersama dialah aku menjelajah. Kemanapun ia pergi aku selalu mengikutinya.

Jakarta Sedang Hujan


Nafasku hari ini ditegaskan redupnya matahari pagi Jakarta. Sejalan dengan itu, semakin semangat pula gerimis menghujam tubuhku. Aku semakin menderukan Langkah, berbirama mengikuti alunan kicau panik seriti yang meneriaki pengendara gusar. Seketika hilang sudah mimpi indah semalam.

Beginilah Jakarta, kota yang tak menjanjikan apa-apa selain ladang bermain untuk sekedar uji nyali. Kita semua boleh unjuk gigi paling putih sambil menulis cerita pada dinding kamar. Entah itu tentang lukisan pagi ini ataukah lirik tak tuntas kemarin sore. Yang jelas, lipatlah lengan kemeja dan kencangkan sabuk celana. Selalu. Dan selalu. Kemudian alunkan lirih andalan sepanjang hari.

“Di mana?” tanyaku pada seseorang di seberang sana. Telepon ditutup. Hatiku bertambah deru. Awas nanti, lirihku.

Senin, 04 Juni 2012

Kamno Pattan (End)

Sebelum kita memulai cerita ini, marilah kita dengan segenap hati menyanyikan lagu pembukanya terlebih dahulu. Terserah kalian nadanya ingin seperti apa.


Kamno! Kamno!
Kamno Sang Pahlawan
Membela kebenaran dan keadilan

Kamno! Kamno!
Kamno Sang Pahlawan
Membela perawan dan perempuan

Reff:
Berlarilah Kamno, kejar penjahat
Berlarilah Kamno, bela ibu dosen
Jangan lupa belajar yang rajin
Agar menjadi pintar dan cerdas
Karena ayahmu di sana
Menunggumu pulang untuk mencangkul sawah

Sabtu, 26 Mei 2012

Tentang “Teman”


Oleh: Hisna Cahaya

Kita hanya teman? 
Itu tanya yang kubaca dari rautmu

Bukankah sejak dulu kita hanya teman
Sejak pertama kali mengenakan warna biru hingga melepas warna abu bahkan sampai toga tersemat dikepala
Kita hanya teman

Tapi kata "teman" tak pernah hentikan rinai-rinai rindu
Tak jua hilangkan gurantan cemburu

Iya Besok Aku Pulang

Oleh: Kaslieyitno Albaru

Kuseduh galau dalam
Serupa lentikmu gadis
Sangatku terlebur malam
Gempita bangsawan melawan

Rabu, 16 Mei 2012

Nafsu Nurani

—Skenario Monolog
Oleh: Hasbullah, Mei 2006


Cerita ini berawal di sebuah desa yang damai dan indah, Di desa itu lahirlah seorang anak yang tumbuh dewasa dengan sehat. Pemuda sehat ini tinggal di sebuah gubuk yang terbuat dari kayu, bangunan itu tidak menggunakan paku untuk menyambung tiap tiang, lantai yang tersusun dari bambu yang dibelah, atapnya terbuat dari daun rumbia, dindingnya dari kulit kayu. Umur bangunan itu kira-kira sudah lebih dari 100 tahun turun temurun dari moyangnya, wajarlah kalau bangunan itu agak-agak gimanaaaa gitu. Sebelah barat tak jauh dari pondok itu, ada sebuah sungai yang mengalir deras dengan air yang bersih, jernih, dengan suara gemericik yang harmoni berbarengan dengan kicauan burung yang saling bersahutan, sepanjang tepian sungai tumbuh subur pohon bambu atau awi atau bulo. Sang pemuda yang cerdas adalah tipe orang pekerja keras. Dia bekerja menggarap lahan sebelah timur gubuknya dengan giat. Dia menanami lahan itu dengan tanaman standar petani (singkong alias sampeuk atau tenggeng atau menggale),

Kasih…

Sengaja kau larutkan kenangan dalam buih sabun
Membuih juga, bahkan menggelembung sebesar bola anganmu
Kasih…

Tatkala kau gemuruhkan segenap suara perutmu
Kau bimbing kalap hati yang merabun
Kasih…

Kamis, 03 Mei 2012

1001 Puisi untuk Kekasih


Teman-teman ada proyek baru nih...kita bikin buku antologi puisi yuk...
ini bagi yang menyukai tulis puisi, sayang kalau puisi-puisi kalian yang bagus nan indah itu cuman disimpen di komputer aja mending ikutan proyek ini
proyek ini diberi nama...rencananya sih dijadiin judul...judulnya
1001 PUISI UNTUK KEKASIH
nah buku ini benar-benar akan berisi 1001 puisi. keren ga tuh!
bakal setebal apa tuh buku...

Rabu, 02 Mei 2012

Ruang Pengharapan


Tangan ini bergetar luar biasa. Memegang handphone saja tak kuasa. Aku hanya bisa menatap datar pada benda persegi panjang vertikal berwarna coklat pernis yang sudah tak mengkilap lagi. Entah mengapa sedari tadi aku tertarik menatap satu-satunya benda yang berbentuk hampir silinder, yang jika diputar berbunyi ‘ceklek’ dan saat itu pula detak jantungku berdetak cepat. Biasanya benda itu akan diputar dan berbunyi tiap sepuluh menit sekali, menurut perhitunganku atas pengalaman hari ini selama kurang lebih dua kali lipat waktu yang kuhabiskan untuk menempuh tempat ini dari kasur peraduanku.

Minggu, 29 April 2012

Proyek Menulis Cerpen


TENTANG PROGRAM MENULIS BUKU 2012

Tentunya kita, sebagai mahasiswa ada rasa bosan dengan menulis makalah yang isinya mengenai ilmu pengetahuan. Sepertinya hari-hari diisi dengan makalah dan makalah. Untuk itu dibutuhkan suatu alternatif bagaimana kita tetap menulis, namun menulis itu bukan menjadi suatu momok yang menjadi kambing hitam atas segala kemonotonan hidup kita sebagai mahasiswa. Untuk itu FASTER menggagas suatu ide sebagai penyegaran dan warna baru terhadap hari-hari mahasiswa dengan Progam MENULIS BUKU KUMPULAN CERPEN. Proyek penulisan buku ini tidak hanya menulis dan dikumpulkan saja, melainkan nantinya akan diterbitkan dan dijual secara INDIPENDEN (menerbitkan dan menjual sendiri).

Kamis, 19 April 2012

Udara


Kau udara yang kuhirup dan kuhembuskan 
Datanglah lagi untuk kuhirup dan kuhembuskan 
Janganlah bosan untuk kuhirup dan kuhembuskan 
Karena sungguh nikmat jika kuhirup dan kuhembuskan 
Kau kan terpana ketika kuhirup dan kuhembuskan 
Kau kan terngiang ketika kuhirup dan kuhembuskan 
Tak perlu ragu lagi untuk kuhidup dan kuhembuskan 
Selamanyalah untuk kuhirup dan kuhembuskan

Rabu, 18 April 2012

Puisi Sampah


Bacot! 
Sampah! 
Sampah bacot! 
Bacot sampah! 
Sampah! 
Bacot! 
Bacot bacot!
Sampah sampah! 
Bacot! 
Sampah! 
Benar-benar sampah! 
Benar-benar bacot!

Kita Mesti Waspada



Menulusuri kota kala pagi mengingatkan pada kepedihan semalam di sebuah gang kecil menghadap kota mati, sebelah kaki-kaki pencakar langit

Di sana tak ada lagi tumbuhan yang menjalar pada pagar beton rumah orang termasyur, dia sudah mati kemarin tergigit malam bertaring jingga, tak layak kau lihat

Semua karena dia berlari terlalu cepat, serobot sana-sini menikam segalanya sampai mati. Akhirnya dia cepat mati disumpahi rumput yang tak tertoleransi.

Permainan Bodoh



Kita sendiri yang membuat permainan ini menjadi semakin seru
Memang, tadinya tidak memakai air mata
Tapi terpakai sudah secara tak sengaja
Bukan salah kita juga, permainan bodoh ini berlangsung sangat lama, mendalam dan menyayat
Bukan salah siapa-siapa, karena kita sama-sama haus dan minum air: di pertokoan yang menghadap ke barat

Kepercumaan yang Kusenangi



Karena kepercumaan itu selalu menyenangkanku
Tak peduli kasat
Tak peduli hampa

Bintang



Berjam-jam lamanya kau mencari dalam ratusan juta kata yang ada dalam pikiranmu
Tak ada yang begitu memikatmu sehingga butuh tambahan waktu lagi agar lebih mengesankan
Pas, mengena, menjawab semua kepenasaranmu

Rabu, 11 April 2012

Bermain




Pastikan bahwa hari ini tidak hujan
Karena aku ingin menjemputmu bermain-main
Kita akan ke taman bermain, bermain air, bermain udara, bermain pasir, bermain debu, tidak api
Jikalau hujan, bisa saja aku tetap menjemputmu bermain-main
Namun sepertinya aku akan mengajakmu permainan lebih dewasa daripada yang kutawarkan sebelumnya
Kita akan bermain cinta-cintaan, bermain rindu-rinduan, bermain marah-marahan, bermain sedih-sedihan, bermain haru-haruan, bermain bimbang-bimbangan, bermain ceria-ceriaan, bermain datar-dataran
Aku sudah siap payung, jadi kau tak perlu takut