Berita (7) Buku Saya (3) Cerpen (31) Download Novel (2) lain-lain (1) Musik (7) Puisi (39)

Translate

Senin, 09 Juli 2012

Donal Bebek Bertemu Cinderella


Malam itu aku berdansa dengan seorang gadis yang sangat cantik. Sialnya aku lupa berkenalan dengannya. Dia berpamitan pulang padaku dan berlari dengan terburu-buru. Kulihat jam. Hamper jam 12 malam.

Oh My God!

Di jaman modern ini masih ada saja cerita jadul ini? Woy! Sebentar lagi tanggal 20 bulan 12 tahun 2012!

Di teras istanaku tergeletak seonggok sepatu kaca.

“Woy! Jangan sentuh! Mudah pecah! Itu pasti sepatu kaca,” terakku pada salah satu pembantuku yang sedang terheran-heran. Maklum belum pernah melihat sepatu mahal.

Aku mendekat ke sepatu kaca itu. Aku periksa. Uh! Jadi ini yang penyebab bau.

Tahi ayam menempel di alasnya.

“Pembantu!”

Kurang enak.

“Pelayaaan!”

Ah, ini rumahku. Bukan restoran.

“Pel seluruh ruangan! Gadis itu menginjak tahi ayam. Najis di mana-mana.”

*

“Aku tidak mau tahu! Panggil semua anggota Avenger ke sini!”

“Tapi…”

“Tidak ada tapi.”

“Mereka sedang sibuk sekarang. Mereka sedang menutup pintu gaib planet Asgard.”

“Ah, seberapa pentingnya itu. Ini lebih penting! Mencari Cinderella.”

“Ini Iron Man yang mengangkat telepon Tuan Muda.”

“Sini! Aku ingin bicara dengan Iron Man.”

Di seberang sana Iron Man.

“Ada apa sih?” Tanya Iron Man. “Cewek lagi?”

“Iya. Kamu kan bisa terbang. Aku ingin mencarinya lewat udara.”

“Tapi sebaiknya jangan sekarang. Aku sedang menyelamatkan dunia. Adiknya si Thor lagi kurang kerjaan,” Iron Man menutup telepon.

“Ron! Iron! Argh!”

Aku menggaruk kepala. Mikir.

Aku BBM Kapten Amerika. Delivered. Read. Tak dibalas. Sesibuk apa sih mereka?

“Pelayaaaan! Punya nomor Dare Devil? Atau Pin blackberry-nya?”

“Tidak Tuan.”

“Kalian ini! Tak ada yang beres.”

“Tapi Johny English saya punya Tuan.”

Aku menelepon Johny English. Tuuuut….tuuuuuuut…

“Sorry Bro. Sedang sibuk. Lembur nih.”

“Ini nomornya Robin Hood.”

“Bukannya sudah almarhum? Jaman kapan dia hidupnya?”

“Batman.”

Aku menelpon Batman.

“Aduh. Lagi nonton Avengers Bro.”

“Bukannya mereka lagi menyelamatkan dunia?”

“Iya. Ini ada siaran langsungnya.”

“Oh, begitu. Seru tidak?”

“Seru Bro. Si Hulk keren abis pokoknya.”

“Kalau sudah, ke sini ya. Butuh bantuan nih.”

“Cewek lagi?”

“Iya, Bro.”

“Minta tolong dengan yang lain aja. Habis ini aku mau ketemuan dengan Mary Jane.”

“Loh? Bukannya itu pacarnya Parker? Wah kalian selingkuh?”

“Stt. Jangan bilang Parker.”

“Ah, malah bergosip jadinya. Ada saran tidak?”

“Mending tanya Mbah Google deh. Kan banyak tuh trik untuk mencari cewek.”

“Bukan itu masalahnya. Aku sedang mencari Cinderella.”

“Itu jaman kapan Bro.”

“Ini nyata! Mungkin namanya bukan Cinderella. Soalnya tadi sempat mengobrol agak-agak medhok. Cuma aku tak tahu namanya. Belum sempat kenalan. Dia cantik. Bodinyaaaa…beuuuuh.”

“Sial. Ngences nih Bro.”

“Tanya Ki Joko Bodo aja. Dia kan pintar tuh menerawang.”

“Oh iya.”

Telepon ditutup.

“Halo, Ki?”

“Iya. Ada apa? Tumben?”

“Bisa minta tolong ke sini Ki?”

“Minta tolong apa? Pijet?”

“Bukan Ki.”

“Terus?”


“Mencari Cinderela Ki.”

“Oh, di Glodok mungkin ada.”

“Kok di Glodok sih?”

“Lha… Mecnari DVD Cinderella kan?”

“Bukan Ki.”

“Ki Joko ke sini deh.”

“Oke.”

*

“Ini sepatunya Ki. Terawang deh Ki.”

“Jiah. Masih jaman?”

“Kan Ki Joko ahlinya menerawang?”

“Sekarang jaman modern. Pakai alat pelacak. Makanya kamu harus selalu sedia benda ini,” Ki Joko Bogo memperlihatkan sebuah benda berukuran kecil seperti tahi lalat. “Tempelkan ini di bagian mana saja di tubuhnya.”

“Menurut Ki Joko ditempel di bagian mana Ki? Hi hi hi.”

“Ngeres kamu.”

Ki Joko Bodo menjelaskan panjang lebar. AKu mengangguk-angguk saja biar dia senang.

“Harganya murah. Cuma sepuluh juta.”

“Sepuluh juta Ki?”

“Untuk ukuran jomblo seperti kamu belinya sekaligus sepuluh. Saya kasih diskon sepuluh persen. Jadi Sembilan puluh juta saja.”

“Mahal amat Ki!”

“Jodoh itu memang mahal harganya. Daripada kamu jadi perjaka tua? Pilih mana hayo? Mending masih perjaka.”

“Oke deh Ki. Tapi kan saya tidak bisa menempelkan benda itu ke Cinderella. Kan aku tidak tahu dia ada di mana.”

“Iya juga ya.”

“Argh! Tidak jadi beli!”

“Diskon lima puluh persen deh.”

“Pulang Ki! Pulang! Pengawaaaal!”

Aku duduk di sova. Merebahkan tubuhku sampai tertidur pulas sampai pagi.

*

“Pelayaaaan! Kenapa kalian tidak membangunkanku sholat subuh?”

Hening…

Krik…Krik…Krik…

Suara jam.

Kriuk…Kriuk…Kriuk…

Suara perutku.

“Huh.”

Aku bangkit. Kamarku berantakan.

“Huaaaah,” aku menguap lebar sambil membuka pintu kamar kostku.

TUING TUING.

Cahaya matahari menusuk mataku. Aku menunduk dan terpejam. Saat membuka…

Loh?

Ada sepatu cewek. Kok cuma satu?

Cinderella!!!

“Naaah…ini dia sepatuku. Kok bisa di sini ya?”

Bidadari… Cinderella…

Aku terpana.

“Mas, maaf ya… aku mau mengambil sepatuku. Temanku jahil.”

Saat dia akan mengambil, aku reflek ingin mengambil sepatu itu juga, untuk kuberikan padanya.

Tangan kami bersentuhan…

Lambat.

“Terimakasih, Mas,” dia tersenyum malu-malu.

Aku juga tersenyum.

“Namaku…”

Dia berlalu memunggungiku. Terus menjauh dan menghilang di ujung gang.

“Donal Bebek…”

*

1 komentar:

kaslieyitno albarru mengatakan...

hahhaha.. gokil gokil..