Berita (7) Buku Saya (3) Cerpen (31) Download Novel (2) lain-lain (1) Musik (7) Puisi (39)

Translate

Jumat, 06 Juli 2012

Jika Membunuh Itu Dibenarkan, Aku Ingin Membunuh!



JIKA membunuh itu dibenarkan, aku ingin membunuh.
Aku ingin membunuh sebanyak-banyaknya. Sepuas-puasnya sambil menjilat-jilat pisau yang berlumuran darah.
Kalau saja membunuh itu dibenarkan, tak segan-segan aku akan membunuh semua lelaki. Aku tak ingin ada lelaki di dunia ini selain aku.

*


Lelaki itu yang membuat pikiranku untuk membunuh. Setiap malam aku berjuang dan berdoa agar membunuh itu dibenarkan di mata hukum dan agama. Seperti membunuh nyamuk: saat melintas di telingaku langsung kutepuk! Darah muncrat tak senonoh. Indah!
Doaku tak dikabulkan. Di perpustakaan, aku juga tak menemukan literatur bahwa membunuh itu dibenarkan. Aku bisa di penjara, bahkan kena hukuman mati.
Tapi, tidak membunuh saja aku sudah terjeblos ke penjara. Bahkan, akan mati secara perlahan.
“Mati sajalah!” Kata sebuah suara dari luar jendela kamarku.
“Siapa?! Siapa yang berani berkata seperti itu padaku?!”
Enak saja!
Aku mendongak ke luar jendela. Tak ada siapa-siapa. Mati kau!
“Bukan kau! Aku tak berbicara padamu!” Suara itu tak ada wujudnya.
Pohonkah itu? Awan? Angin? Pasir? Tanah? Aku tak tahu.
“Enyah kau!”
Mungkinkah lelaki itu? Aku benci dia! Aku juga membenci dia—gadisku—jadinya.

*

Cintalah yang membenarkanku untuk membunuh, akhirnya. Semalam aku mendapatkan mimpi yang indah, bahwa membunuh itu sungguh indah dan dibenarkan.
Mimpinya:
Aku bertapa di bawah air terjun di sebuah gunung di Jawa Barat.
Rambutku panjang. Daguku ditumbuhi jenggot yang panjang berwarna putih. Mukaku sedikit hitam, mungkin karena terlalu lama bertapa. Menurut ingatanku, aku bertapa selama empat puluh hari dan berpuasa selama itu.
Lelaki yang mengganggu gadisku berdiri di depanku.
CUSS!
Akhirnya dia mati tertusuk pisauku.
Membunuh itu dibenarkan saat itu.
Malamnya: gelap!
Kulihat aku yang tergantung kaku di seutas tali tambang.

-rr-

0 komentar: