Berita (7) Buku Saya (3) Cerpen (31) Download Novel (2) lain-lain (1) Musik (7) Puisi (39)

Translate

Sabtu, 31 Desember 2011

Kisah Cinta Sang Playboy


KAMI AKUI BAHWA RIZAL YUDHA PAHLEFI ADALAH lelaki paling tampan di sekolah kami waktu itu. Se-mua wanita tergila-gila pada ketampanannya, terma-suk guru-guru muda berkelamin perempuan. Sangat wajar di usianya yang masih sangat muda ia sudah merasakan berbagai jenis cinta dari berbagai jenis bentuk wanita, mulai dari yang nyaris cantik sampai yang sangat cantik. Di bawah yang nyaris cantik itu ia tak pernah. Standar tipenya tinggi Bung!

“Tumben kita semua ngumpul di warung Acong. Ini suatu pertanda Boi!” Seru Rizal. Seperti biasa, persediaan kopi di rumahnya sedang habis.

Rabu, 28 Desember 2011

Figura Ayah


RUPANYA, BEGINI RASANYA BERTAHAN, MUSIM dingin yang lalu
Tangan bergetar dan mulut meratap, doa yang sopan, kala itu

Figura Ayah,
Petuahnya tentang kesan dan pesan, pinggir sungai, dan berjibun-jibun suara serak, dia masih setia pada hayat

Bergerak menyuruhku tegak, menyuruh menjalin temali dan tak menghiraukan hiruk pikuk penasehat mabuk, dia bukan sedang jatuh cinta, melainkan berada di gelombangnya samudera. Jangan dengar nasihatnya!

Jangan lalai!
Sebab tak guna berlari, jika akhirnya letih. Terbaring.
Pikirkan tentang masalah surat kabar pagi ini yang menyebutkan: janganlah akhiri dengan sepi, rianglah, syukurlah, rajamlah air mata, bilang jangan kembali!
Setelah itu kita minum kopi bersama Ayah

Selasa, 27 Desember 2011

Setangkai Mawar untuk Aisha


Isteriku marah-marah melulu kerjaannya. Hari ini saja sudah tiga gelas dan dua piring ia pecahkan. Mana anakku satu-satunya itu yang baru berumur 3 tahun menangis sejadi-jadinya karena lupa dikasih makan. Sebetulnya karena acara Sponge Bob aku ganti menjadi acara gosip. Masalahnya Aura Kasih sedang menjadi topik hangat baru-baru ini. Ia baru saja putus dengan pacarnya. Aku senang sekali. Nah, karena aku menonton Aura Kasih itulah isteriku marah-marah. Ia cemburu. Sangat cemburu. Padahal siapalah Aura Kasih? Hanya seorang artis pujaan, bukan selingkuh-an. Tapi bisa juga dibilang pacar imajiner.

Sabtu, 24 Desember 2011

Tadinya…



Tadinya...
Aku ingin memeluk sebuah keinginan yang belum selesai. Dan saat ini aku menunggu itu.
Kenyataannya aku anggap saja itik yang tenggelam di sawah.

Tadinya...
Aku ingin membuat sebuah pengakuan yang tak kalah menarik dari sebuah Menara Eiffel dan Tugu Monas.
Kenyataannya sepatuku masih tetap saja robek tanpa seorang pun mengingatkanku untuk memperbaikinya.

Tadinya...
Aku akan meminjam sebuah arloji agar waktuku yang sedetik ini lebih berharga dari segunung emas di hadapanku.
Kenyataannya aku lebih menyukai kameraku kugenggam dan ber-hunting ria, mengagumi dan hasil foto sehari semalam.

Tentang Hujan



HUJAN KALA ITU MEMBUATKU TERSENYUM
Meski petir saling bersahutan. Aku melerainya
Terlihatlah butir-butir air semakin mengecilkan diameternya
Sedikit cahaya dari surya berebut menembus dan memantulkan pada beningnya
Maka terciptalah pelangi-pelangi kecil berhamburan di angkasa
Aku baru sadar, ternyata warna biru lebih pantas disebut cerah dan putih pantas disebut bersih, itulah layar yang kusebut seluas dan sejauh yang tak terbayangkan
Kunikmati pemandangan itu dari lubuk hatiku, karena lalu-lalang semakin ramai
Orang-orang berlarian kecil memulai kegiatan yang sempat tertunda
Maka dapat terbayangkan gembiranya mereka yang penuh semangat: hari yang cerah kembali adalah pembalut luka.