Berita (7) Buku Saya (3) Cerpen (31) Download Novel (2) lain-lain (1) Musik (7) Puisi (39)

Translate

Kamis, 22 Desember 2011

Sajak: Pengkhidmatan tentang Malam


BERBINTANG DAN CAHAYA KELIP SEOLAH MENGEDIP sebelah mata padaku, seraya menggodaku.
Kota yang lalu, memberi kekaguman luar biasa padaku, mengukir senyum manis dan senyum lain-lain di kala senja dan hujan rintik-rintik ketakjubanku
Di keramaianlah aku bisa bertahan dengan butir-butir peluh
Lalu bernyanyi riang bersama angin malam yang menusuk-nusuk
Aku mulai senang, pun itulah keraguan yang hilang
Benar-benar sedang menghela nafas dan berboros-boros menulis kenangan di sela-sela waktu
Aku pikir, serangga malam juga begitu.
Dia malah lebih berkonsentrasi menelurkan kenangannya pada serangga baru.
Untuk dirinya yang hanya sebentar.
*
Di malam yang luas ini, lampu adalah gemintang lainnya.
Dan taman adalah sekitar yang tak pernah menyembunyikan keindahannya, meskipun di mata terasa biasa dan terasa tak pernah ada dan bukan bernama: taman.
Ialah bunga berembun dan sekelebat proyeksi mengenai komunitas, ada kehidupan malam dan siang.
Saat begini: aku belum terjamah ataupun menjamahmu, entah ada kemungkinan hanya sebuah pencitraan cinta yang semakin kau biarkan debunya menebal.
Terdiam, kala pagi, mencari-cari buku kenangan.
Seharusnya kau simpan dalam hatimu agar damai
Mungkin saja, cinta itu masih ada
*
Jika angin malam adalah sebuah pengkhidmatan tentang peraturan sebuah malam, maka pesisir-pesisir hati adalah kedamaian sebuah logika yang menghentikan derap sepatu para pecundang.
Tatkala sebuah mobil menghentakkan lajunya, itulah sumber cahaya jalanan yang tak kunjung padam sampai pukul dua belas malam atau lebih.
Kira-kira dua atau tiga langkah lagi mengarungi jejak-jejak malam.
Namun, sebuah sepeda motor adalah penyalip ulung tak ada bandingannya.
Berlomba dengan bayangan-bayangan oleh lampu jalan, seolah mengejar bintang.
Aku tak mengira dengan semudah itu menerobos angin yang menerpa mata hingga memaksa butir-butir bening keluar untuk bergabung bersama uap air di udara
Begitu dingin dan beku
Dadaku serasa sesak oleh desakan yang menyiksa
Aku menggigil, karena angin ternyata berhasil menembus jaket parasutku.
Padahal seseoranglah yang sebelumnya menahan tikaman itu.
*
Dan selamat pagi para bintang! Di kedamaian sepanjang hidup.
Ceritakan pada cucu kita nanti, bahwa pecundang itu tak kan pernah ada lagi di muka bumi.
Tertinggal semerbak, dan hanyut di kelam sang pujangga.
Kalian boleh menoreh puas-puas kepalsuan di tembok patah: tunggulah kehadirannya dia yang patah hati, mari kita genggam tangannya yang rapuh
Tiada merona, redupnya hari bukan sekali ini terjadi, dahulu bintang, dan sekarang pelangi pudar.
Terang lagi, sedemikian berlalunya waktu
Bahwa masih ada tokoh baru lebih dari yang diharapkan, jangan lupakan keningmu
Cinta selalu hanyut di sembarang tempat
Mari kita tangkap!
Porak-porandakan kesembarangan, lalui jalan yang bergoyang-goyang, jangan pukul lagi batu, biarkan menghimpit.
Pecahkan dengan air!
Ingatlah sewaktu-waktu, tentang gairah yang manja.
Kita mungkin akan berkobar lalu lepas, sampai di penghujung
Itu sebuah kemungkinan, mari kita berharap sama-sama, sebab aku tak bisa sendiri
Nanti pasti jalan tak buntu!
Selanjutnya masih ada pagi…

0 komentar: