RUPANYA,
BEGINI RASANYA BERTAHAN, MUSIM dingin yang lalu
Tangan
bergetar dan mulut meratap, doa yang sopan, kala itu
Figura
Ayah,
Petuahnya
tentang kesan dan pesan, pinggir sungai, dan berjibun-jibun suara serak, dia
masih setia pada hayat
Bergerak
menyuruhku tegak, menyuruh menjalin temali dan tak menghiraukan hiruk pikuk
penasehat mabuk, dia bukan sedang jatuh cinta, melainkan berada di gelombangnya
samudera. Jangan dengar nasihatnya!
Jangan
lalai!
Sebab
tak guna berlari, jika akhirnya letih. Terbaring.
Pikirkan
tentang masalah surat kabar pagi ini yang menyebutkan: janganlah akhiri dengan
sepi, rianglah, syukurlah, rajamlah air mata, bilang jangan kembali!
Setelah
itu kita minum kopi bersama Ayah
0 komentar:
Posting Komentar