Air
mataku tersendat, seraya membaca coretan pada dinding bisu-mu.
Ada
cerita nafasmu, kemudian para pengukir menciptakan alasan pilunya
Di
sela yang sempit, rasa itu kusimpan dalam sebuah kotak
Ada
puisi di dalamnya tentang kekeringan desa tetangga yang tak terjamah
Itu
sebuah bahasa yang dipesankan dan tak pernah sampai
Namun,
sebetulnya itu ilusi tentang bidadari yang memang aku ciptakan di pertukaran
hari
Tak
pelak lagi, beberapa langkah yang terseret-seret waktu itu, seperti
mengingatkanku pada sebuah kata yang tak perlu diartikan lagi
Kupikir
kata 'cinta' itu memang tak penting lagi untuk di tulis pada lembar hatimu
Meskipun
sebenarnya aku masih tak bisa menerjemahkan aliran yang membawa daun-daun itu
Aku rasa ada
yang salah di tepian
0 komentar:
Posting Komentar