Berita (7) Buku Saya (3) Cerpen (31) Download Novel (2) lain-lain (1) Musik (7) Puisi (39)

Translate

Kamis, 28 Juni 2012

Tweet Menunggu

Setting Tempat #stasiunbogor #kadangramaikadangtidakterlaluramai
Setting Waktu #menjelangsiang
Setting Adegan #duduksepertiorangautis
Kondisi Tokoh #sehatwalafiattapiradakurangwaras

Rino Aribowo ‏@RinoAribowo
Kalo gw bikin cerpen di sini pd setuju ga?#stasiunbogor

Rino Aribowo ‏@RinoAribowo
1.Di sebelah gue duduk bpk2 gendut (bule) lg baca koran,asik bgt kyknya..gw jd penasaran lg bc brita ap sih..#stasiunbogor

Rabu, 27 Juni 2012

Upload Naskah

Upload Naskah Kamu

Judul Naskah
(Tulis salah satu judul jika lebih dari satu naskah)
Penulis
Kategori Naskah
Email
Nomor HP
Web Site
Upload Naskah
Powered byEMF HTML Form
Report Abuse

Pesan Buku


Contact form - Powered by Mail-Maniac
Nama Pemesan
Judul Buku
Jumlah Pembelian
Nomor HP
Alamat Email
Alamat Rumah/Kantor
Kota
Kode Pos

Powered by Mail-Maniac, email form mailer

Minggu, 24 Juni 2012

Tips Cinta dari hans




BAYU MENGALAMI PENYAKIT YANG PALING CEPAT menular di dunia ini dan sangat berbahaya bagi kesehatan karena bisa menyebabkan kelaparan, insomnia dan lesu. Penyakit itu dinamakan jatuh cinta. Parahnya dia termasuk spesies Nycticebus coucang atau disebut kukang atau malu-malu. Tapi kali ini dia bertekad berganti spesies menjadi tikus kantoran (benar tak tahu malu kan?). Sudahlah jangan membicarakan mereka, space mereka cukup di surat kabar saja.

Cinta dan Perempuan (Antologi Cerpen dan Puisi)




Judul Buku: Cinta dan Perempuan (Antologi Cerpen dan Puisi)
Pengarang: Rino Rain dkk
Tebal : vi + 212 hlm
Harga : Rp. 45.200,00.
ISBN : 978-602-225-412-6

Beli di leutikaprio

Memecahkan kaca seperti dia memecahkan hatinya yang terluka. Melihat laut ternganga seperti dia melihat sebuah kapal meninggalkannya. Mengunci diri seperti dia mengunci hati pada semua lelaki yang dia benci.-Arif Wardani

Penyimpan rahasia, sakit perih disimpannya dalam diam, itu yang membuatnya kuat dan lemah sekaligus. Seorang yang beranjak dewasa bisa merayakan 6 tahun terindah dalam hidupnya seorang diri. Sosok yang kuat dan lemah sekaligus. Rela menempuh dan Siap menghadapi apa saja. Jatuh namun selalu bisa menemukan caranya untuk bangkit kembali. Semua demi impian, hidup bahagia untuk selamanya.

Jumat, 08 Juni 2012

Misteri Benang Layang-layang


Seri mengenang masa kecil

Siang itu angin bertiup kencang. Di luar sana, seperti biasa Agung mengejar layangan yang putus. Bila anak yang lain mendapatkannya, ia pasti merampasnya. Selalu. Aku saja geram mendengar ceritanya. Dan aku pernah mengalaminya sekali. Baru saja. Ingin rasanya kupukul dia. Tapi apa daya badanku tak sebongsor dia. Kurus, kecil dan pendek. Aku takkan menang bila melawannya dengan jurus silat manapun.

Aku tak bisa ikut bermain layang-layang bersama teman-temanku lagi karena layang-layangku sudah tidak ada. Aku hanya bisa memandangi mereka yang bersuka cita bermain layang-layang. Kadang-kadang bingung juga, Agung merampas layang-layangku tapi aku tak pernah melihatnya memainkan layang-layangku. Entah ia kemanakan..

Kamis, 07 Juni 2012

Nek Long


Nek Long. Sampai saat ini pun aku tak tahu nama sebenarnya. Hanya itu saja yang aku tahu dan aku selalu memanggilnya dengan panggilan seperti itu. Nek Long artinya nenek tertua dalam bahasa Melayu Belitong. Ia adalah anak yang paling tua dalam keluarganya. Dialah yang sejak aku dilahirkan ke bumi mengasuhku seperti anaknya sendiri. Aku telah menganggapnya sebagai nenek kandungku meski kami sebetulnya jauh dari saudara. Ia hanya tetangga seberang rumah. Tinggal dengan seorang anak perempuannya yang telah bersuami dan memiliki dua orang anak. 

Anak perempuan Nek Long yang tinggal bersamanya bernama Mak Cik Leha. Anaknya yang pertama namanya Alen. Aku memanggilnya bang Alen. Umurnya kira-kira berjarak dua tahun denganku. Adik Bang Alen namanya Dedek, berjarak dua tahun setelahku. Bang Alen inilah teman sepermainanku waktu kecil. Bersama dialah aku menjelajah. Kemanapun ia pergi aku selalu mengikutinya.

Jakarta Sedang Hujan


Nafasku hari ini ditegaskan redupnya matahari pagi Jakarta. Sejalan dengan itu, semakin semangat pula gerimis menghujam tubuhku. Aku semakin menderukan Langkah, berbirama mengikuti alunan kicau panik seriti yang meneriaki pengendara gusar. Seketika hilang sudah mimpi indah semalam.

Beginilah Jakarta, kota yang tak menjanjikan apa-apa selain ladang bermain untuk sekedar uji nyali. Kita semua boleh unjuk gigi paling putih sambil menulis cerita pada dinding kamar. Entah itu tentang lukisan pagi ini ataukah lirik tak tuntas kemarin sore. Yang jelas, lipatlah lengan kemeja dan kencangkan sabuk celana. Selalu. Dan selalu. Kemudian alunkan lirih andalan sepanjang hari.

“Di mana?” tanyaku pada seseorang di seberang sana. Telepon ditutup. Hatiku bertambah deru. Awas nanti, lirihku.

Senin, 04 Juni 2012

Kamno Pattan (End)

Sebelum kita memulai cerita ini, marilah kita dengan segenap hati menyanyikan lagu pembukanya terlebih dahulu. Terserah kalian nadanya ingin seperti apa.


Kamno! Kamno!
Kamno Sang Pahlawan
Membela kebenaran dan keadilan

Kamno! Kamno!
Kamno Sang Pahlawan
Membela perawan dan perempuan

Reff:
Berlarilah Kamno, kejar penjahat
Berlarilah Kamno, bela ibu dosen
Jangan lupa belajar yang rajin
Agar menjadi pintar dan cerdas
Karena ayahmu di sana
Menunggumu pulang untuk mencangkul sawah