Melalui baris kata, kuselipkan
namamu
Di situ beratus-ratus rindu
berkelana mengiringi nafas-nafas yang berserakan
Segalanya aku ingin tahu, pukul
berapa bidadari mengetuk pintu
Bahwasanya hujan sore tadi, aku
belum menemukan air tergenang
Mungkin gayung yang menadahnya
besar segajah
Melalui baris kata, cinta
menyelinap sendiri
Aroma mawar yang kau cium pada
halaman rumahmu, adalah tubuhku yang tadi hendak kau kesampingkan di pelupuk
mata jangkrik samping rumah, di bawah pohon Filicium
Bayanganku masih melekat di tanah
pada pukul empat, dan semakin panjang, kemudian dipeluk malam
Aku tak asal bicara, meratap,
atau bergumam
Memang sampai sekarang masih tak
tahu, sudah sampaikah cinta yang sudah dua belas jam yang lalu?
Tentu belum basi dan kuperkirakan
sampai tahun depan dan berikut-berikutnya
Di malam yang seluas otak kita
ingin berpikir,
Kamu duduk manis di tepi jendela,
di bawah wajah bulan
Tak menyangka, ternyata cinta
yang menyelinap itu kau genggam
Pada saat aku lewat dan aku
menoleh, kau buka hatimu
Lalu memasukkan cinta itu
Lalu dikunci rapat
Kuncinya kau telan lewat baris
kata puitis
0 komentar:
Posting Komentar