secangkir kopi dalam tidurku,
melelahkan
seperti kerongkongan yang
berdarah, lalu keluarlah dari gelap
picisan seumpama malaikat yang
menjamuku pada khayalan kedua
dua hari sebelum aku masuk ke
dalam selimut hangat Sang Permaisuri bintang kejora,
dia bukan kejora
layaknya, titipan salam untukku
kutepis kemarin, karena sesuatu
hal terpenting
belum sempat aku sampaikan pada
pidato pertemuan cinta pembual malam hari,
mungkin nanti akan kukerlingkan
mataku untuk merayu
secarik keheningan agar segera
pergi
dan aku di sini mencumbumu dalam
hal yang tak pasti
secarik kertas aku tulis dengan
pena
lalu aku lebih-lebihkan hingga
tercoret dan aku berhenti
0 komentar:
Posting Komentar