Menapaki jejak di pasir putih
Tanjong Pendam[1]
Nelangsa, mencipta bait puisi
Menangisi karamnya tongkang waktu
itu
Sekarang jasadnya telah hilang,
dasawarsa lebih
Hanya sisa bangkai tidur di bawah
laut, tepi Kalamoa[2]
Pelangi yang masih ada, menenangkanku
Sisa-sisa kaum cemara juga
melegakan
Seniman yang bersukacita,
mencandaiku
Mengingatkan lukisan masa muda
Meski tak sebagus pantai
Tanjong Pendam, sore hari
Bercahaya jingga kemudian magenta
Mengukir ekspresi muda, sorak
soraiku
Dahulu, menggemaskan
Dan sore itu, sebanyak-banyaknya
aku memahat jejak
Hingga cukup memberiku energi
Sampai dasawarsa berikutnya
Aku akan kembali mencium aroma
pasir yang penuh kenangan ini dengan cerita baru
0 komentar:
Posting Komentar