Sungai Linggang[1]
yang kutelusuri, adalah sepanjang rasaku ingin mengetahui di manakah muaranya
Apakah raut wajahmu berubah
ketika itu, saat raja-raja masa lalu tiba-tiba datang menghantarkan sejuta
bunga keremunting[2] yang
sedang mekar? Warnanya merah jambu menawan. Dan aku berdiri tepat di atas pintu
air, memandangmu berharap
Tahukah kamu bahwasanya raja-raja
tersebut utusan dari langit untuk memperoleh mata lentikmu itu membicarakan tentang
pesonamu yang menembus langit?
Di pinggir sebelah timur.
Pedagang di warung kopi sering menggosipkan dirimu memecah lautan tempo hari
hanya dengan sebilah senyum, lalu menenangkannya dengan kerlingan bercahayamu
Bukankah begitu dasyat lagi jika
jemari lentikmu itu digunakan untuk menjahit dan menyulam? Kamu pasti akan
lebih mempesona lagi dari telusuranku yang sebetulnya sudah tak penting lagi
ini
Paling tidak, serpihan hatiku
yang tercecer tak beraturan di sungai Linggang akan terajut lagi jadi utuh,
lalu ada gambar bunga-bunga dari jalinan benang
Dan kamu akan tampak hebat, juga
tampak canti dengan menyelipkan sekuntum bunga di kupingmu yang dipetik dari
gambar bunga di hatiku
Itu pun kalau kamu mau, karena
sungai Linggang ini sepertinya bermuara di hatimu
[1]
Sebuah sungai yang terdapat di Kecamatan Gantong Kabupaten Belitong Timur
[2]
Tanaman buah pohon yang tumbuh liar dan banyak ditemukan di pulau Belitong; di
daerah lain di Indonesia dikenal dengan nama karamottang (Batak), Harendong
(Sunda); biasa dibuat sirup dan sempat dipesan oleh Ibu Megawati sewaktu masih
menjabat sebagai presiden RI.
0 komentar:
Posting Komentar