Aku berada di seperempat abad tanpa dirimu
Di manakah lagi aku mencarimu karena raga dan hatiku telah lelah bersandiwara
Seringkali aku terlihat berbicara pada karpet-karpet yang kuinjak
Atau mungkin merekalah yang menyuruhmu menjauh karena dendam padaku?
My Dear,
Perkenankan aku berpidato tiga kata sebanyak tiga kali
‘Aku cinta kamu’
‘Aku cinta kamu’
‘Aku cinta kamu’
Maka datanglah sebelum senyumku semakin memudar dan menekuk tanpa arah
My Dear,
Jika kau tak datang
Malam ini aku akan pergi ke pesta bujang
Melapuk bersama pria-pria berparas menyedihkan
Apa kau tak kasihan?
My Dear,
Tahukah kau bahwa mataku tak bisa terpenjam sepanjang waktu?
Tahukah aku tak pernah tidur selama itu?
Semua itu karena pejaman mataku seperti tak terpejam
Kupejamkan, aku masih bisa melihatmu
Aku tidur, juga seperti berada dalam kesadaran melihatmu
Hanya saja dalam adegan yang menyebalkan: melihatmu,
hanya melihatmu dari jauh tanpa merengkuhmu
My Dear,
Ketika datang salju dari wajahmu yang dingin
Tak ada api yang mampu menghangatkanku, meski aku telah membakar rumahku
Terlebih di malam hari aku beku seperti bongkahan es dalam gunung es
Terasing di kutub
My Dear,
Pada suatu kesempatan yang sangat singkat, perkenankanlah hatimu
My Dear,
Ketika datang salju dari wajahmu yang dingin
Tak ada api yang mampu menghangatkanku, meski aku telah membakar rumahku
Terlebih di malam hari aku beku seperti bongkahan es dalam gunung es
Terasing di kutub
My Dear,
Pada suatu kesempatan yang sangat singkat, perkenankanlah hatimu
untuk berkata sejujurnya
Semoga saja ada kabar baik dari segala hilangmu dari peredaran kata-kata
Dan biarkanlah matahari tenggelam semaunya
Nantikan fajar bersamaku
Semoga saja ada kabar baik dari segala hilangmu dari peredaran kata-kata
Dan biarkanlah matahari tenggelam semaunya
Nantikan fajar bersamaku
0 komentar:
Posting Komentar